Home | About | Blog | Contact

ᵔᴥᵔ Rane

Berapa Uang Jajan Anak SD di Zaman ORBA?

Tau nggak berapa uang jajan anak-anak SD di zaman ORBA? Sini gue ceritain.

Sebelumnya gue kasih latar belakang dulu. Ini terjadi di sekitar awal tahun 80-an, dan waktu itu gue baru pindah ke Pondok Gede, di pinggiran Jakarta Timur. Soalnya tiap kota tentu beda-beda standarnya ya. Cerita ini juga murni dari ingatan, plus tanya-tanya dengan teman SD dulu yang beberapa masih gabung di sebuah grup WA.

Oya, ini juga terkait banget perubahan nilai mata uang juga dari waktu ke waktu ya. Juga terkait dengan siapa orang tua lo dan kerja di mana. Bokap gue waktu itu masuk jajaran “pengabdi ORBA” alias PNS. Jadi tentu uang jajannya gak segede anak-anak yang orang tuanya karyawan bank misalnya.

Jadi berapa uang jajan sehari anak-anak di zaman gue itu? Berdasarkan ingatan kolektif teman-teman SD dulu, nilainya antara Rp. 25 sampai Rp. 100. Jadi kalau waktu itu ada yang uang jajannya sampai Rp.500, fix kalau bukan anak camat anak kapolsek atau bapaknya pejabat tinggi pemerintah, pegawai bank atau pegawai pertamina.

Nilai rata-rata di atas itu patokannya dari “survey ingatan” ke teman-teman SD di sebuah pinggiran kota Jakarta. SD yang jauh dari mewah. Lokasinya di pinggiran pasar yang ramai jadi sering dipakai jadi tempat berteduh para pedagang saat hujan dan kadang kadang suka ada orang gila masuk. Lantai kelasnya belum dipasangin ubin. Orang tua muridnya kebanyakan dari ekonomi kelas menengah ke bawah. Walaupun sempat ada artis yang masuk tapi cuma bertahan beberapa bulan hahaha. Sekolah itu juga nggak punya kantin. Adanya mbok-mbok yang jualan dari pinggir pagar sekolah.

Nah, dengan modal Rp. 25 itu bisa jajan apa saja di sekolah? Ini diantaranya yang dijual di SD gue dulu:

Selain makanan, uang jajan kita dulu dipakai buat sewa game watch, atau nonton View Master yang bisa buat oleh-oleh haji. Makanya gambarnya suasana di Mekkah. Ada juga yang gambarnya tokoh-tokoh kartun seperti Mickey Mouse dll.

View Master ini unik. Bentuknya kayak kamera dengan dua teropong buat mata kiri kanan dan di bagian kanan ada tombol slot yang ditekan ke bawah untuk memindahkan gambar-gambarnya. Untuk menonton tinggal kita hadapkan ke sumber cahaya supaya lebih jelas. Mirip nonton slide lah. Wah ini agak mahal sih antara Rp.10 – Rp. 15.

Untuk menjaga supaya mainan itu nggak dibawa kabur, biasanya diikat tali plastik atau karet. Jadi kalau waktunya habis, si abang penyewa tinggal menarik tali itu.

Ah, those were the days. The good old days. Terima kasih kalau sudah membaca kenangan gue ini. Kenangan seorang anak yang lahir dan besar di zaman ORBA.

Kalau gue lahir di zaman sekarang, mungkin cerita kenangan gue akan berbeda. Mungkin gue akan cerita begini:

“Jaman bapakmu dulu itu hidup berat banget nak. Bapak disuruh jualan pisang sama martabak. Terus begitu bapak udah gede dikit, malah bapak disuruh jadi pejabat! Masih untung nggak dijadiin wakil presiden.”

🤪

Catatan: tulisan ini disarikan dari episode podcast yang lengkapnya bisa didengarkan di sini.

Punya WA Grup temen-temen SD dulu? Klik untuk share artikel ini di grup kalian. Buat bahan obrolan di grup atau kalau reuni kan seru. 😁

ᵔᴥᵔ


Subscribe Newsletter Email:

Secara rutin gue akan bersilaturahmi lewat email dengan macam-macam informasi yang jadi minat gue (dan semoga juga menarik buat lo). Yuk daftar di bawah ini. Setelah klik "subscribe," cek emailmu dan klik tulisan link di email untuk konfirmasi. Jika tidak ada email masuk beberapa saat setelah subscribe, mohon cek folder Spam lalu tandai sebagai "Not Spam". Data email Anda kami jamin kerahasiaannya. Tenang, gue gak doyan nyampah di email orang juga.


#audio #indonesia #jejadulan