Home | About | Blog | Contact

ᵔᴥᵔ Rane

Sadako dan Hak Prerogatif Tuhan

Pernah dengar nama Sadako? Entah kenapa banyak yang langsung teringat pada tokoh film horor Jepang, sosok setan perempuan bermuka pucat, rambut panjang yang nongol keluar dari layar TV di tengah malam. Saya belum pernah nonton filmnya, bahkan jarang nonton film horor. Hidup sudah horor buat apa ditambah horor lagi hehe

Sadako yang saya tahu adalah seorang gadis kecil yang tinggal di kota Hiroshima, Jepang, menjelang masa-masa akhir perang dunia kedua. Sadako Sasaki lengkapnya. Umurnya baru dua tahun waktu kotanya dijatuhi bom atom oleh pesawat pembom B29 Superfortress milik angkatan udara Amerika. Peristiwa di pagi buta tanggal 6 Agustus 1945 itu tercatat dalam sejarah dunia karena dianggap sebagai keberhasilan Amerika dan sekutunya mengakhiri sebuah perang yang berkepanjangan. Tapi sejarah selalu punya dua sisi. Kemenangan bagi satu pihak adalah kesengsaraan bagi pihak lain, dan pihak lain itu adalah para warga Hiroshima termasuk Sadako dan keluarganya.

Kabarnya bom atom Amerika itu jatuh hanya kurang 2 km dari rumah Sadako. Dia beruntung bisa selamat saat itu. Namun perjalanan hidup memang sering tiba-tiba membawa kita menemui belokan tajam tak terduga. Benar saja. Beberapa tahun kemudian di umur sekitar 11 tahun orang tua Sadako menyadari ada benjolan di leher dan belakang telinga anaknya. Benjolan yang akhirnya berujung pada vonis dokter. Leukemia! Orang Jepang waktu itu menyebutnya "penyakit bom atom" karena memang itu efek dari radiasi yang dibawa oleh "si lelaki kecil" atau Little Boy, begitu orang Amerika menamai bom keparat itu. Nama yang ironis sekali.

Singkat cerita, --walaupun mungkin rasanya seribu tahun bagi yang menjalani-- Sadako dirawat di rumah sakit di Hiroshima bersama para Hibakusha atau korban dampak bom atom lainnya. Dari beberapa referensi saya membayangkan dia seorang gadis kecil yang ceria dan aktif, walaupun harus menjalani proses pengobatan yang panjang, melelahkan dan pastinya menyakitkan. Tapi dia tetap sabar.

Suatu hari Sadako menemukan hobi baru yang dibawa oleh para petugas Palang Merah Jepang untuk menghibur anak-anak di rumah sakit. Mainan burung bangau yang dibuat dengan teknik seni melipat kertas yang kita kenal dengan origami. Orang Jepang punya keyakinan burung bangau umurnya sampai seribu tahun. Karena itu dalam budaya Jepang ada keyakinan siapapun yang melipat bangau kertas sampai seribu buah akan ketularan panjang umur dan dikabulkan semua keinginannya. Karena itulah kalau kita ke kuil-kuil di Jepang terkadang akan menemukan ribuan bangau kertas yang dirangkai jadi satu dengan tali digantungkan dimana-mana.

Sadako baru tahu cerita di balik bangau kertas itu dari ayahnya. Apalagi yang kemudian ada di pikiran seorang bocah kecil kalau bukan membuat bangau kertas atau orizuru dalam bahasa Jepang. Sepanjang masa perawatan dia mulai asik dan sibuk membuat bangau-bangau kertas sampai lebih dari seribu buah. Di saat yang sama kondisinya justru semakin memburuk dan terus memburuk. Toh dia tidak berhenti melipat dan melipat. Konon di kamarnya bergelantungan bangau-bangau kertas warna-warni berbagai ukuran.

Saya percaya takdir. Saya percaya kalau Tuhan sudah mencatat semua perjalanan hidup kita dalam sebuah kitab besar kehidupan. Agama saya menyebutnya Lauhul Mahfudz. Tapi saya juga percaya kalau kita juga harus tetap berusaha karena kalau Tuhan bisa menetapkan takdir setiap mahluk di dunia ini, tentu Dia juga punya hak prerogatif untuk mengubahnya. Saya diajari hanya hidup, mati, celaka, dan bahagia yang sudah jadi ketentuan tetap. Sementara perjalanan hidup kita ya kita sendiri yang menentukan lewat ikhtiar sembari memohon Tuhan untuk mengeluarkan kuasa prerogatifnya.

Mungkin melipat ribuan bangau kertas adalah ikhtiar ala Sadako Sasaki. Mungkin itu cara dia "merayu" Tuhannya untuk mengeluarkan hak prerogatifnya dan mengubah takdir di dalam kitab kehidupan si bocah kecil ini. Tapi -sekali lagi mungkin- sudah final ketetapan bahwa masa hidupnya di dunia fana ini hanya sampai usianya yang ke 12.

Ciputat, 6 Agustus 2024
Memperingati 79 tahun Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

ᵔᴥᵔ

Versi audio artikel ini bisa didengarkan di sini.

Beberapa rujukan:

Share artikel ini lewat Whatsapp.


Subscribe Newsletter Email:

Secara rutin gue akan bersilaturahmi lewat email dengan macam-macam informasi yang jadi minat gue (dan semoga juga menarik buat kalian). Yuk daftar di bawah ini. Data email kalian dijamin kerahasiaannya. Tenang, gue juga gak doyan nyampah di email orang kok. ᵔᴥᵔ


#go-blog